Kisah Inspiratif Pa Go-Jek: Saat Musibah Berbuah Bahagia

Suatu hari, saya naik GoJek dari Stasiun UI menuju ke rumah. Seperti biasanya setiap naik GoJek saya pasti melakukan dialog ringan.

Di tengah obrolan kita sambil menyusuri jalan Akses UI, Bapak GoJek itu menceritakan bahwa pernah merasakan menjadi orang kaya dan juga menjadi orang miskin yang sangat miskin.

“Sangat miskin bagaimana?” tanyaku penasaran.

Pa GoJek mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengalami suatu titik untuk makan saja tidak bisa, tak ada uang sama sekali. Untuk beli beras tak punya uang.

Lebih lanjut Pa GoJek ini menceritakan pernah mengalami rasa sebagai orang kaya dengan rumah mewah dan mobil yang banyak.

“Dulu saya ini pengusaha lumayan sukses, ga sampai 1 tahun dari hasil keuntungan bisnisnya saja bisa untuk membeli rumah mewah dan mobil” kisahnya.

Namun semuanya ternyata tak kekal, sahabat karibnya yang juga orang kepercayaanya ternyata berkhianat. Semua yang Bapak GoJek ini miliki hilang seketika.

Kepemilikan aset perusahaan dirampas dan semua client bisnisnya diambil secara sepihak.

Saat masa itu terjadi, Pa Gojek ini merasakan dunia seperti gelap. Seakan tak ada lagi masa depan, semua yang dirintisnya hancur berkeping-keping.

Beruntungnya sang istri dengan setia menemani Bapak Gojek dan menenangkannya.

Bukan menyalahkan keadaan, Sang Istri justru mengajak Bapak Gojek ini untuk muhasabah dan mengevaluasi diri bisa jadi ini teguran Allah.

Pa Gojek ini melanjutkan ceritanya saat itu langsung mengingat-ingat masa-masa kejayaanya. Hingga mengalir deras air matanya, bukan karena hilang hartanya, namun ingat akan khilaf dan dosa dimasa lalunya.

“Saya itu dulu orangnya tamak, pelit dan kasar kepada orang miskin” kata Pa Gojek kepada saya.

Saat menjadi orang kaya Pa Gojek mengisahkan bahwa tidak jarang mencaci maki orang miskin yang ingin meminjam uang untuk membeli beras.

Saat kekayaan ditangan, Pa Gojek ini juga menceritakan bahwa dulu jarang pulang ke rumah. Hari-harinya disibukkan dengan aktivitas meeting dan mengejar proyek dari satu bisnis ke bisnis lain. Hubungan dengan sang istri juga kurang harmonis.

Kini setelah semuanya hilang, Pa Gojek ini justru merasakan bahwa dirinya bahagia sekali. Saat pulang menarik ojek, ditengah lelahnya masih bisa melihat senyum sang istri dan anak-anak yang berlarian menghiburnya. Ini yang tidak pernah dirasakan saat dunia digenggamanya.

“Saat ini saya sangat bahagia” katanya persis sudah didepan rumah saya.
Obrolan kamipun berhenti dan saya sampaikan terima kasih atas kisah pengalaman hidupnya yang sangat menginspirasi. Semoga Allah memberikan kita keberkahan dalam hidup. Kita bisa bahagia dunia akhirat, bersama-sama dengan keluarga kita tercinta didunia dan di Surga kelak.